Pemerintah Kabupaten Purbalingga mewajibkan pegawainya menggunakan batu akik dari Sungai Klawing, Purbalingga.
Kepala
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Purbalingga Nur Hamam mengatakan
perintah itu bertujuan memperkenalkan batu akik khas Purbalingga yang
populer disebut sebagai Batu Darah Kristus atau Nogo Sui.
Nogo Sui berasal dari Sungai Klawing. Batu yang juga disebut dengan Le Sang du Christ itu adalah salah satu batu akik buruan kolektor. Harga sebutirnya seratus ribu hingga ratusan juta rupiah, bergantung pada motif batuan.
Sujatmiko, ahli batu mulia dan dosen tamu Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Sabtu (14/2/2015), menceritakan kisah unik tentang Batu Darah Kristus.
Nogo Sui berasal dari Sungai Klawing. Batu yang juga disebut dengan Le Sang du Christ itu adalah salah satu batu akik buruan kolektor. Harga sebutirnya seratus ribu hingga ratusan juta rupiah, bergantung pada motif batuan.
Sujatmiko, ahli batu mulia dan dosen tamu Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Sabtu (14/2/2015), menceritakan kisah unik tentang Batu Darah Kristus.
"Awalnya saya tidak percaya ada batu jasper Darah kristus di sini," kata Sujatmiko.
Sujatmiko mengaku sudah 17 tahun mendengar ada batu mulia di Sungai Klawing. Namanya pun moncer hingga Prancis. Pernah suatu ketika ia didatangi turis Prancis yang sedang mencari Batu Darah kristus.
Sujatmiko mengaku sudah 17 tahun mendengar ada batu mulia di Sungai Klawing. Namanya pun moncer hingga Prancis. Pernah suatu ketika ia didatangi turis Prancis yang sedang mencari Batu Darah kristus.
"Orang Prancis itu mencari batu berwarna hijau dengan bercak merah yang ia sebut heliotrop atau Le Sang du Christ," katanya.
Batu ini disebut heliotrop bukan tanpa sebab. Kata ini berasal dari bahasa Yunani, yakni "helios" yang berarti matahari dan "tropos" yang artinya berputar. Sebutan ini dipakai karena batu ini juga pernah dipakai sebagai alat untuk mengamati gerakan matahari.
Batu ini disebut heliotrop bukan tanpa sebab. Kata ini berasal dari bahasa Yunani, yakni "helios" yang berarti matahari dan "tropos" yang artinya berputar. Sebutan ini dipakai karena batu ini juga pernah dipakai sebagai alat untuk mengamati gerakan matahari.
Cap Bangsawan
Menurut cerita si turis, kata Sujatmiko, batu tersebut akan dipakai untuk membuat batu cincin dengan ukiran cap kebangsawanan di atasnya. Ayah turis itu pernah mendapatkan batu tersebut di Jakarta seusai Perang Dunia II. Keturunannya menginginkan cincin yang sejenis sebagai tanda kebangsawanan. "Waktu itu saya tak punya batu yang dicari turis itu," katanya.
Dia baru menemukan Le Sang du Christ di Sungai Klawing pada 2009 ketika membimbing mahasiswanya dalam kuliah lapangan di kali itu.
Ada kepercayaan bahwa orang yang memakai batu tersebut akan memiliki kekuatan magis. Batu itu juga bisa menstimulasi kekuatan fisik, ketabahan, dan keseimbangan.
Menurut cerita si turis, kata Sujatmiko, batu tersebut akan dipakai untuk membuat batu cincin dengan ukiran cap kebangsawanan di atasnya. Ayah turis itu pernah mendapatkan batu tersebut di Jakarta seusai Perang Dunia II. Keturunannya menginginkan cincin yang sejenis sebagai tanda kebangsawanan. "Waktu itu saya tak punya batu yang dicari turis itu," katanya.
Dia baru menemukan Le Sang du Christ di Sungai Klawing pada 2009 ketika membimbing mahasiswanya dalam kuliah lapangan di kali itu.
Ada kepercayaan bahwa orang yang memakai batu tersebut akan memiliki kekuatan magis. Batu itu juga bisa menstimulasi kekuatan fisik, ketabahan, dan keseimbangan.